Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun
sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak
menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi
tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit.
Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air
yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak
tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena
kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu
mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke
dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan
kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur
naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai
oleh sang burung Gagak.
Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Burung-Gagak-dan-Sebuah-Kendi-42
by : Nurul Nadiah
Tuesday, 12 June 2012
Semut dan Belalang
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah
bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan,
mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama
musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah
biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut
itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Semut-dan-Belalang-43
by :Nurul Nadiah
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Semut-dan-Belalang-43
by :Nurul Nadiah
Dua Ekor Kambing
Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan
di sebuah pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara
bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir
air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan
jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan
jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara
bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor
kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling
berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak
merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan
mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada
kambing lainnya.
Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Dua-Ekor-Kambing-44
by : Nurul Nadiah
Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Dua-Ekor-Kambing-44
by : Nurul Nadiah
Keledai dan Garam Muatannya
Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai
yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa
pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya
tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai
tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya
beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari
garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air
sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga
beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat
gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Keledai-dan-Garam-Muatannya-45
by: Nurul Nadiah
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Keledai-dan-Garam-Muatannya-45
by: Nurul Nadiah
Pemerah Susu dan Ember nya
Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor
sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu
yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia
berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
Jangan menghitung ayam yang belum menetas.
sumber:http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Pemerah-Susu-dan-Ember-nya-57
by: Nurul Nadiah
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
Jangan menghitung ayam yang belum menetas.
sumber:http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Pemerah-Susu-dan-Ember-nya-57
by: Nurul Nadiah
Si Pelit
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat
yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat
dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali
satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia
sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang
mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan
suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut
dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Si-Pelit-58
by: Nurul Nadiah
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Si-Pelit-58
by: Nurul Nadiah
Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang
Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang
lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari
semak-semak di dekat mereka.
Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."
Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Dua-Orang-Pengembara-dan-Seekor-Beruang-59
by: Nurul Nadiah
Salah satu pengembara, hanya memikirkan
keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon
yang berada dekat dengannya.
Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat
besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring
diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa
beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."
Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.
sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Dua-Orang-Pengembara-dan-Seekor-Beruang-59
by: Nurul Nadiah
Subscribe to:
Posts (Atom)